Jika kita mengulik tentang warna batik, maka kita akan menemukan bahwa batik setiap daerah memiliki ciri warna yang berbeda.
Contohnya saja batik berasal dari tengah pulau atau daerah pedalaman pada umumnya memiliki warba yang solid dan lebih matang sedangkan batik dari daerah pesisir dibuat dengan paduan warna cerah. Hal itu dikarenakan warna batik cenderung menyiratkan sikap sosial masyarakat yang ada di daerah. Masyarakat pedalaman pada umunya lebih kental kekeluargaannya serta tertutup. Sedangkan masyarakat di wilayah pesisir cenderung terbuka sebab mereka memiliki kesempatan bertemu dengan berbagai kelompok masyarakat yang datang ke kota pelabuhan untuk berniaga.
Proses pewarnaan batik dilakukan dengan menggunakan zat warna tekstil. Zat pewarna batik adalah zat warna tekstil yang dapat digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan maupun coletan pada suhu kamar sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang warnanya.
Sebenarnya tidak semua pewarna tekstil dapat digunakan untuk mewarnai batik, ada beberapa sifat khusus antara lain :
- Pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan , karna batik menggunakan lilin batik
- Pada umunya lilin batik tidak tahan terhadap alkali kuat
- Dari tahap pekerjaan terakhir dari proses membatik, terdapat tahap menghilangkan lilin (lorodan) dengan air panas, tapi tidak semua cat tahan terhadap rebuasan air lorodan
Secara umum zat pewarna batik dibagi menjadi 2 yaitu :
B. Zat Pewarna Alami
Zat pewarna alami adalah zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam seperti dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga. Sampai saat ini tumbuhan penghasil warna alam sudah ditemukan sekitar 150 jenis tumbuhan yang diteliti oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta.
Berikut beberapa tanaman yang bisa dijadikan pewarna alami pada pewarnaan batik:
- Morinda citrifolia (Jawa: pace, mengkudu) menghasilkan warna merah dari kulit akar.
- Ceriops condolleana (Jawa: tingi), Pelthopherum pterocarpum (Jawa: jambal) dan Cudrania javanensis (Jawa: tegeran) menghasilkan warna soga yang dihasilkan oleh tiga jenis tanaman yang digabungkan atau diekstrak bersama-sama antara dicampur menjadi satul dari kayu atau kulit kayunya.
- Indigo (Indigofera tinctoria) tanaman perdu yang menghasilkan warna biru. Bagian tanaman yang diambil adalah daun/ranting.
- Kelapa (Cocos nucifera) bagian yang dijadikan bahan pewarna adalah kulit luar buah yang berserabut (sabut kelapa). Warna yang dihasilkan adalah krem kecoklatan.
- Teh (Camelia sinensis) bagian yang diolah menjadi pewarna adalah daun yang telah tua, dan warna yang dihasilkan adalah cokelat.
- Secang (Caesaslpinia Sapapan Lin) jenis tanaman keras yang diambil bagian kayu, untuk menghasilkan warna merah. Warna merah adalah hasil oksidasi, setelah sebelumnya dalam pencelupan berwarna kuning.
- Kunyit (Curcuma domestica val) Bagian tanaman yang diambil adalah rimpang, umbi akar, yang menghasilkan warna kuning.
- Bawang Merah (Allium ascalonicium L) Bagian bawang merah yang digunakan sebagai bahan pewarna adalah kulit dan menghasilkan warna jingga kecoklatan.
B. Zat Pewarna Buatan
Zat warna buatan atau sintesis yang dibuat melalui proses reaksi kimia dengan bahan dasar arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan.
Berikut beberapa tanaman yang bisa dijadikan pewarna alami pada pewarnaan batik:
1.
Zat warna naphtol Zat warna napthol
terdiri dari komponen sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna
yaitu : garam diazonium atau disebut garam . Untuk melarutkan zat warna
napthol menggunakan kostik soda. Napthol yang banyak dipakai dalam pembatikan
antara lain : Napthol AS.G, Napthol AS.BO, Napthol AS, Napthol AS.BR, Napthol
AS.D, Napthol AS.LB, Napthol AS.GR, Napthol AS.BS.Ciri-ciri Naphtol
:
- Tidak berwarna dan tidak larut
dalam air (dibutuhkan soda api)
- Merupakan zat warna adjektif
(butuh zat lain untuk membangkitkan warna)
- Warna yang dihasilkan
tergantung jenis garam naphtol pada saat coupling
- Pada saat intermediate time bahan kain naphtol peka terhadap udara, cahaya,
tetesan cairan lain, uap kimia, sehingga harus dalam kondisi kering pada
saat akan di-coupling
2. Zat warna indigosol Zat warna
indigosol memiliki beberapa sifat dasar yaitu, Memiliki warna dasar muda dan
mudah larut dalam air dingin, Setiap warna disebutkan pada zat warna Indigosol
dengan tambahan kode di belakangnya, Bisa digunakan untuk Pencelupan atau
Pencoletan, Warna yang timbul melalui proses oksidasi langsung di bawah sinar
matahari atau dengan zat asam.Sifat Indigosol yang mudah larut pada air dingin
memudahkan untuk dilakukan proses pencelupan Batik yang notabene tidak bisa
bersentuhan langsung dengan air panas karena menggunakan zat perintang lilin
yang tidah tahan panas.Ada 4 tahap dalam proses pencelupan kain Batik pada
pewarna yang menggunakan zat warna Sintetis, khususnya Indigosol. a. Tahap
Persiapan Zat Pewarna b. Tahap Persiapan Kain Batik c. Tahap
Pencelupan/pewarnaan Kain Batik d. Tahap Finishing/fixasi Kain Batik.
3.
Zat warna rapid Zat warna rapid biasa
dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna ini adalah
campuran komponen naphtol dan garam diazonium yang distabilkan,
biasanya paling banyak dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan
tidak ditemui di kelompok indigosol.
4.
Zat pembantu adalah
zat yang digunakan sebagai penyempurnaan proses pembatikan. Antara lain :
- Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik.
- Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel(mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol.
- Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap.
- Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap.
- Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau untuk menghilangkan kanji mori.
- Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol.
- Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixeer pewarna tumbuhan.
- Kapur digunakan untuk melarutkan cairan Indigo.
- Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses pengelupasan lilin.
- Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas dan naik daya serapnya.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical